Ida Costansa Tamaela, Ida and Sadam Nukuhehe, Sadam and Chelsy Cherly Gommies, Chelsy and Tammy Simanjuntak, Tammy and Evi Olivia Kumbangsila, Evi (2022) Batu berdaun = Batu badaong = Blattiger stein. Kantor Bahasa Provinsi Maluku, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Ambon. ISBN 97862319942487

[img]
Preview
Text
BATU BERDAUN.pdf - Published Version
Copyright All Rights Reserved

Download (15MB) | Preview

Abstract

Pada suatu hari di sebuah desa kecil, tinggal seorang ibu yang biasa dipanggil Mama Lea bersama kedua anak lelakinya yang bernama Ado dan Fito yang nmerupakan anak yatim. Adapun harapan sang ibu untuk kedua anaknya menjadi dewasa dan mendapatkan pekerjaan. Sekarang saatnya musim panen jagung. Dikarenakan tidak enak badan, sang ibu hendak mencari kedua anaknya untuk menggantikannya memanen hasil kebun. Ibu mendapati kedua anaknya sedang bermalas-malasan sambil bermain domino. Karena mengabaikan permintaan tersebut, Mama Lea terluka mendengar perkataan anak-anaknya lalu pergi ke kebun dengan perasaan sedih dan kecewa. Dalam perjalanan melewati hutan, disitu terdapat batu besar yang sangat dikeramatkan warga desa. Konon batu ini dapat mendengarkan setiap keluhan warga desa yang berhati bersih dan tulus. Batu Badaong, orang-orang menyebutnya demikian karena di atasnya terdapat daun-daun yang lebat. Mama Lea bercerita, Wahai batu, aku sudah tidak sanggup lagi. Mereka tidak pernah membantuku. Mereka tidak peduli padaku. Tolonglah ambil diriku. Tolonglah wahai batu!”. Tak lama kemudian cuacapun berubah menajdi sangat buruk. Mama Lea pun beranjak masuk ke dalam batu itu. Malam pun tiba Ado dan Fito pulang ke rumah, dan langsung mrncari makanan, tetapi tidak ada. Mereka juga mencari ibunya, tetapi tidak didapatinya. Satu per satu tetangga mereka tanyai. Kemudian, mereka mendatangi rumah tetua adat desa dan menjelaskan perihal kedatangan mereka. Setelah mendengar hal itu, tetua adat desa lalu berkata, “Ibu kalian pasti pergi ke hutan. Ada batu keramat yang sering dibicarakan orang-orang di hutan itu. Celakalah, nak! Jika ibu kalian masuk ke dalam batu itu, ia tidak akan bisa keluar selama-lamanya.” Kemudian mereka berlari menuju tempat tersebut. Sesampainya di sana, Mereka pun sadar bahwa ibu mereka telah ditelan batu. Sambil menangis, mereka berlutut dan memohon kepada ibunya dan meminta batu badaong untuk menelan mereka. Namun keadaan sudah terjadi, Akhirnya mereka bernyanyi di depan batu.

Item Type: Book
Subjects: Pendidikan > Bahasa dan Kesusatraan
Pendidikan > Bahasa dan Kesusatraan > Cerita anak
Pendidikan > Bahasa dan Kesusatraan > Bahasa Daerah
Pendidikan > Bahasa dan Kesusatraan > Cerita rakyat
Divisions: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa > Sekretariat Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa > Kantor Bahasa Maluku
Depositing User: Kantor Bahasa Provinsi Maluku
Date Deposited: 11 Jan 2024 03:57
Last Modified: 11 Jan 2024 03:58
URI: http://repositori.kemdikbud.go.id/id/eprint/29068

Actions (login required)

View Item View Item
garudaslot 55tbet garudaslot santuy4d garuda slot