Alhusna, Mutiara (2021) Lamang Baluo khas Minang Sumatera Barat. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat, Padang. ISBN 9786026554208

[img]
Preview
Other (Buku ini sebagai bahan bacaan atau referensi bagi penguatan informasi tentang sejarah, jenis, dan cara pembuatan Lamang Baluo)
LAMANG BALUO KHAS MINANG SUMATERA BARAT.PDF

Download (14MB) | Preview

Abstract

Salah-satu penulisan dan percetakan booklettersebut yakni ten tang kuliner tradisional. Di Sumatera Barat sendiri kuliner tradisional telah menghiasi dalam kehidupan masyarakatnya dan sampai sekarang ini masih tetap hidup dan menjadi bagian dalam kehidupannya. Salah-satu kuliner tradisional yang terkenal tersebut yakni Lamang Baluo. Ditinjau dari asal katanya lamang berarti ketan sedangkan baluo berarti parutan kelapa yang telah dicampur dengan gula aren. Lamang Baluo sendiri terbuat dari ketan dan kelapa parut. Itu pula sebabnya kuliner tradisional ini sendiri merupakan makanan yang terbuat dari ketan yang diberi santan kemudian dibakar di dalam bambu. Lamang merupakan makanan tradisional Minangkabau yang telah ada sejak lama, terbuat dari ketan yang diberi santan kemudian dibakar di dalam bambu. Lamang baluo terbuat dari ketan dan kelapa parut, Lamang berarti ketan sedangkan baluo berarti parutan kelapa yang telah campur dengan gula aren. Sedangkan malamang adalah proses pembuatan Jamang itu sendiri. Munculnya tradisi malamang tidak dapat dilepaskan dari muncul dan berkembangnya Islam di Minangkabau sekitar tiga ratus tahun yang lalu. Saat itu ulama terkenal Syech Burhanuddin datang ke daerah pesisir Minangkabau untuk menyiarkan agama Islam. Syiar Syech Burhanuddin terkonsentrasi di Ulakan, Pariaman. Menurut tambo, Syech Burhanuddin rajin berkunjung ke rumah-rumah penduduk untuk bersilaturrahmi dan menyiarkan agama Islam Oleh masyarakat, beliau disuguhi makanan-makanan saat bertamu tersebut. Pada saat Syekh Burhanuddin dipanggil dan diajak untuk makan, jamuan makan yang dihidangkan adalah gulai babi, rendang tikus dan goreng ular. Ketika dipersilahkan untuk memakan makanan yang telah telah tersedia. Syech Burhanuddin pun menjawab dengan lemah lembut bahwa beliau tidak suka gulai babi, rendang tikus dan goreng ular.

Item Type: Book
Subjects: Pendidikan > Kebudayaan
Pendidikan > Kebudayaan > Makanan Tradisional
Divisions: Direktorat Jenderal Kebudayaan > Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan > BPNB Sumatera Barat
Depositing User: Sekretariat Ditjen Kebudayaan
Date Deposited: 17 Oct 2024 07:21
Last Modified: 17 Oct 2024 07:21
URI: http://repositori.kemdikbud.go.id/id/eprint/32202

Actions (login required)

View Item View Item
garudaslot 55tbet garudaslot santuy4d garuda slot