Winiasih, Tri (2010) Pisuhan dalam "Basa Suroboyoan" kajian sosiolinguistik. Masters thesis, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

[img]
Preview
Text
132140608201011591.pdf

Download (810kB) | Preview

Abstract

Sebagai alat komunikasi, “basa Suroboyoan” digunakan oleh penuturnya untuk berinteraksi. Dalam berinteraksi, penutur kadang-kadang melibatkan emosi secara verbal dengan cara yang berlebihan dalam bentuk sebuah pisuhan. Pisuhan “basa Suroboyoan” dalam penelitian ini adalah ungkapan spontan yang bermakna kurang baik dan mempunyai tekanan lebih keras (lisan) sebagai ekspresi emosional yang kuat dari diri seseorang yang dapat berupa makian, umpatan, hujatan, sumpah, kutukan, kecarutan, serta lontaran/seruan. Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) mendeskripsikan bentuk-bentuk tuturan pisuhan dalam “basa Suroboyoan” berdasarkan konteks sosiokultural, 2) mengidentifikasikan karakteristik pemakaian bentuk-bentuk pisuhan dalam “basa Suroboyoan” berdasarkan konteks sosiokultural, 3) menjelaskan fungsi tuturan pisuhan dalam “basa Suroboyoan”, dan 4) mendeskripsikan fenomena campur kode yang menyertai pisuhan dalam “basa Suroboyoan”. Berkaitan dengan manfaat teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi kajian pisuhan dalam bahasa Jawa yang pernah diteliti. Selain itu, hasil penelitian ini bisa dijadikan tambahan khasanah penelitian dalam bidang bahasa terutama kajian struktural dan sosiolinguistik. Berkaitan dengan manfaat praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penutur “basa Suroboyoan” sehingga lebih memahami pisuhan dalam “basa Suroboyoan” dan dapat menambah wawasan penutur bahasa lainnya sehingga mempunyai pemahaman yang tepat mengenai penggunaan pisuhan dalam “basa Suroboyoan” sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam menafsirkan pisuhan “basa Suroboyoan”. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif deskriptif. Data dalam penelitian ini adalah semua tuturan baik berupa kata-kata, frasa, klausa, kalimat, maupun dialog yang mengandung pisuhan yang dihasilkan oleh penutur “basa Suroboyoan”. Data penelitian ini berjumlah 117 peristiwa tutur dengan 134 tuturan yang mengandung pisuhan. Pengumpulan data dilakukan mulai Mei 2007 sampai dengan Januari 2009. Penelitian ini menggunakan informan tidak tetap dan informan tetap. Informan tidak tetap dalam penelitian ini berjumlah 5 orang yang terdiri atas 3 informan laki-laki dan 2 informan perempuan. Informan tetap dalam penelitian ini berjumlah 3 orang yang terdiri atas 2 orang budayawan dan 1 orang sesepuh atau tokoh masyarakat. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sadap dan rekam, teknik simak dan catat, dan teknik kerja sama dengan informan (wawancara). Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kontekstual dengan mempertimbangkan segi sosial, situasional, dan kultural yang melatarbelakangi tuturan. Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap pisuhan “basa Suroboyoan”, hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, bentuk tuturan pisuhan “basa Suroboyoan” dalam konteks sosiokultural
xiv
berdasarkan bentuk satuan lingualnya dibedakan menjadi bentuk pisuhan yang berupa a) kata; berupa kata dasar (kategori nomina, adjektiva, dan verba) serta kata turunan (kata berafiksasi, kata majemuk, dan pendiftongan vokal), b) frasa; berupa frasa nominal dan frasa adjektival, serta c) klausa. Penggunaan pisuhan dalam bentuk kata paling banyak terjadi bila dibandingkan bentuk frasa dan klausa, yaitu dari 165 kali penggunaan pisuhan yang terdapat dalam penelitian ini, penggunaan pisuhan dalam bentuk kata berjumlah 140, penggunaan pisuhan dalam bentuk frasa berjumlah 15, dan penggunaan pisuhan dalam bentuk klausa berjumlah 10. Penggunaan bentuk satuan lingual pisuhan “basa Suroboyoan” dalam konteks sosiokultural menunjukkan emosi yang berbeda. Bentuk pisuhan yang mengalami perluasan dengan menggunakan kata yang berupa pisuhan maupun bukan pisuhan cenderung lebih kasar daripada bentuk pisuhan sebelum diperluas. Bentuk pisuhan yang setelah diperluas dapat bermakna lebih halus ketika kata yang digunakan untuk memperluas mengandung makna tingkatan. Kedua, karakteristik bentuk-bentuk tuturan pisuhan dalam “basa Suroboyoan” berdasarkan konteks sosiokultural menunjukan keragaman, yaitu menggunakan 12 model yang mengacu pada a) keadaan, b) binatang, c) makhluk yang menakutkan, d) benda-benda, e) bagian tubuh, f) kekerabatan, g) aktivitas, h) profesi, i) makanan, j) tempat, k) etnik dan bangsa, serta l) tiruan bunyi. Ketiga, fungsi pisuhan “basa Suroboyoan” pada dasarnya bersifat emotif. Fungsi pisuhan “basa Suroboyoan” pada penelitian ini berjumlah empat belas macam, yaitu untuk mengekspresikan a) kemarahan, b) kekesalan, c) penyesalan, d) kesedihan, e) kekecewaan, f) kekaguman, g) penghinaan, h) keterkejutan, i) keakraban, j) kegembiraan, k) ketidakpercayaan, l) kebencian, m) rasa sakit, dan n) rasa malu. Keempat, fenomena campur kode yang menyertai tuturan pisuhan dalam “basa Suroboyoan” adalah campur kode yang berupa bahasa dan tingkat tutur. Campur kode yang berupa kode bahasa berupa campur kode bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia, campur kode bahasa Jawa dengan bahasa Inggris, serta campur kode bahasa Jawa dengan bahasa Arab. Campur kode yang berupa tingkat tutur adalah campur kode ragam ngoko dengan bahasa Jawa ragam krama. Dalam peristiwa campur kode tersebut, bentuk campur kode yang terdapat dalam pisuhan “basa Suroboyoan” berupa kata, frasa, dan klausa.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: Pendidikan > Bahasa dan Kesusatraan > Penelitian Bahasa dan Sastra
Divisions: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Depositing User: Mr Rasyid Ridho
Date Deposited: 08 Feb 2017 03:58
Last Modified: 08 Feb 2017 03:58
URI: http://repositori.kemdikbud.go.id/id/eprint/436

Actions (login required)

View Item View Item
garudaslot mariatogel slot gacor 4d santuy4d garuda slot gacorbos slot gacor malam ini slot deposit pulsa https://prosiding.umk.ac.id/ https://jurnal.itsp.ac.id/ slot deposit pulsa