Susanti, Dewi (2014) Perawatan kayu secara tradisional pada masyarakat Bugis-Makassar dan Toraja. Perawatan kayu secara tradisional pada masyarakat Bugis-Makassar dan Toraja, 8 (1). ISSN 1978-8584
|
Text (kegiatan perawatan kayu yang dilakukan secara tradisional oleh masyarakat lokal bugis-makassar dan toraja)
jurnall vol 8 no 1.pdf - Published Version Download (13MB) | Preview |
Abstract
Kegiatan perawatan kayu yang selama ini dilakukan sering tergantung pada penggunaan bahan kimia (modern) dan jarang memperhatikan tradisi-tradisi yang masih berlaku dalam masyarakat, yang telah diwariskan dari generasi satu ke generasi lainnya. Kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat kita sangat kaya, salah satunya mengenai perawatan bangunan kayu. Kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat di wilayah Kabupaten Bone, Tana Toraja dan Toraja Utara serta Kabupaten Jeneponto perlu dilestarikan, mengingat bahwa metode yang dilakukan oleh masyarakat pada wilayah tersebut sangat efektif untuk diterapkan pada kondisi sekarang dan yang akan datang. Metode yang dilakukan dan bahan yang digunakan dapat ditemukan pada bangunan-bangunan rumah adat yang ada pada keempat kabupaten tersebut dan sampai saat ini kondisi bangunan masih sangat bagus. Perawatan yang dilakukan cukup sederhana baik dari segi metode maupun bahan-bahan yang digunakan. Hal ini dapat kita lihat dan temukan pada kehidupan masyarakat yang ada di Kabupaten Bone. Masyarakat yang bermukim di daerah pedalaman melakukan pengawetan kayu yang akan digunakan pada bangunan dengan cara merendam pada hilir-hilir sungai, sedangkan masyarakat yang bermukim di sekitar pesisir (daerah pantai) melakukan pengawetan dengan cara merendam pada air laut. Perendaman dengan air laut hanya dilakukan pada kayu yang masih tergolong muda, sedangkan kayu yang tua hanya ditaburi garam dapur. Hal ini dilakukan disaat kayu dalam proses pengeringan. Masyarakat Toraja pada umumnya melakukan pengawetan dengan cara merendam dalam lumpur, sedangkan masyarakat di Kabupaten Jeneponto melakukan pengawetan dengan menggunakan bahan–bahan yang terdiri dari kulit luar pohon petai cina, kulit luar pohon syzygium atau yang lebih dikenal dengan nama pohon coppeng (nama lokal), dan daun sirsak. Untuk melakukan pembuktian secara ilmiah mengenai bahan-bahan dan metode yang digunakan tersebut maka perlu dilakukan kajian yang lebih dalam lagi.
Item Type: | Article |
---|---|
Subjects: | Pendidikan > Kebudayaan > Museum Pendidikan > Kebudayaan > Penelitian Pendidikan > Kebudayaan > Arkeologi Pendidikan > Kebudayaan > Cagar Budaya Pendidikan > Kebudayaan > Candi Pendidikan > Kebudayaan > Warisan budaya |
Divisions: | Direktorat Jenderal Kebudayaan > Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan > Balai Konservasi Borobudur |
Depositing User: | Ilma Avitrianti |
Date Deposited: | 28 Mar 2018 06:23 |
Last Modified: | 28 Mar 2018 06:23 |
URI: | http://repositori.kemdikbud.go.id/id/eprint/4312 |
Actions (login required)
View Item |