Kasnowihardjo, Gunadi (2017) Manusia dan Ranu kajian Arkeologi permukiman. In: Manusia dan Ranu : Kajian Arkeologi Permukiman. Kepel Press, Daerah Istimewa Yogyakarta, xxiii-175. ISBN 978-602-356-150-6
|
Text (xxiii + 175 hlm; 24 cm)
Manusia dan Ranu.pdf - Published Version Download (15MB) | Preview |
Abstract
Ranu merupakan salah satu jenis danau yang terbentuk
khusus oleh letusan gunungapi secara freatomagmatik. Danau
merupakan tubuh perairan yang menempati suatu cekungan
dan dikelilingi oleh daratan. Meskipun, ada yang menyebut
danau adalah bagian dari sungai. Ada perbedaan yang sangat
signifikan antara sungai dan danau. Jika sungai merupakan
tubuh perairan yang memiliki gerakan yang relatif cepat
(lotic), sedangkan danau merupakan tubuh perairan di darat
yang gerakan airnya lamban atau dapat dikatakan relatif tenang (lentic).
Di Indonesia ada banyak jenis danau dengan berbagai
cara pembentukan. Danau dapat terbentuk secara alami ataupun
secara artificial (buatan manusia). Pembentukan danau
secara alami dapat disebabkan oleh proses tektonik, vulkanik,solusional, deflasi, marin, ataupun fluvial. Pembentukan tersebutadalah pembentukan danau secara monogenetik alami.
Bentuk garis pantai danau dapat berupa melingkar (circular),
lonjong (elliptical), tegaklurus (rectangular), mengurat-daun
(dendritic), membulan-sabit (lunate), atau segitiga (triangular).
Jika menginginkan
mengetahui asal mula atau genesis danau,
maka dapat dilakukan dengan memaknai bentuk garis pantai
danau yang dikombinasikan
dengan bentuk topografi dan jenis
batuan di sekeliling danau (Sunarto, 2005).
Beberapa contoh danau sesuai dengan genesisnya dapat
diuraikan seperti berikut ini. Danau Poso dan Danau Towuti
di Sulawesi merupakan contoh danau yang berbentuk tegaklurus
atau (rectangular) yang terbentuk secara tektonik. Ranu
Grati di Jawa Timur dan Danau Bratan di Bedugul Bali merupakan
contoh danau yang bentuknya melingkar (circular)
dan terbentuk oleh proses vulkanik. Akan tetapi tidak setiap
danau yang bentuk garis pantainya melingkar (circular) pasti
terbentuk
secara vulkanik, karena lokva merupakan danau
berbentuk melingkar (circular) yang terbentuk oleh proses
solusional. Danau yang bentuknya melingkar tidak terbentuk
oleh letusan gunungapi ataupun solusional, tetapi terbentuk
oleh proses organik, yaitu atol.
Danau yang garis pantainya membentuk seperti bulan
sabit (lunate) adalah tasik ladam atau danau tapal kuda (oxbow lake) yang terbentuk oleh proses fluvial dan danau deflasi di pesisir gumuk pasir. Danau yang berbentuk mengurat daun dapat dilihat pada garis pantai danau buatan Waduk Wonogiri.
Demikianlah tadi contoh-contoh danau alami dan artifisial.
Kembali membahas ranu atau danau vulkanik maar. Danau
ini selalu terbentuk di kaki gunungapi. Mengapa demikian?
Karena untuk terbentuknya ranu atau danau maar membutuh
Seringkali pembentukan danau secara poligenetik alami, seperti vulkanotektonik atau fluviomarin. Danau yang terbentuk secara artifisial dapat berupa waduk, bendung, atau tambak. Pembentukan danau dapat menghasilkan bentuk fisik danau atau bentuk garis pantai danau yang berbeda-beda.
kan dua faktor utama, yaitu akuifer yang mengandung air
tanah dan penerobosan magma. Magma yang ada di dalam
Bumi menerobos ke permukaan Bumi melewati lapisan akuifer
menyebabkan
terjadinya letusan freatomagmatik. Magma yang
naik ke permukaan, jelas suhunya sangat tinggi, yang bertemu
air tanah di dalam lapisan akuifer menyebabkan terbentuknya
uap air dan gas. Pembentukan uap air dan gas ini menyebabkan
tekanan dari dalam Bumi semakin besar. Akibatnya, terjadilah
lontaran material permukaan Bumi dari lubang kawah (maar)
yang bentuknya melingkar. Material permukaan Bumi yang
terlontar itu terbakar oleh panasnya magma, sehingga material
itu bentuknya piroklastik (pyro = terbakar; clastic = rombakan
batuan yang sifatnya lepas-lepas).
Material piroklastik yang terlotar itu sebagian mengendap
di sekeliling kawah (maar), membentuk tuff ring atau tephra
ring. Cekungan lubang kawah (maar) yang berbentuk
melingkar ini terisi air, baik dari air hujan maupun dari air tanah yang keluar dari akuifer. Oleh karena itu, air yang terdapat pada ranu atau danau maar ini bersifat tawar. daerahdi sekitar ranu atau danau maar ini materialnya terjadi darituff atau piroklastik atau tefra dan lokasinya dekat dengan air tawar, maka daerah sekitar ranu merupakan daerah subur untuk pertanian. Karena daerahnya subur, maka menjadi pusat perhatian manusia untuk bermukim di dekat ranu ini.
Ranu selain sebagai sumber air tawar, juga bermanfaat untuk
perikanan. Dengan demikian, ranu menjadi point of interest bagi permukiman manusia sejak dahulu kala hingga sekarang.
Buku yang berjudul “Manusia dan Ranu: Kajian Arkeologi
Permukiman” ini sangat besar manfaatnya bagi para pemerhati maupun peneliti sejenis. Buku ini bagi Pemerintah Pusat
maupun Pemerintah Daerah sangat penting untuk dijadikan
pedoman pengelolaan dan pengembangan kawasan ranu.
Menurut Bronto (2010) persebaran ranu tidak hanya di Jawa
Timur saja, tetapi di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan di luar Jawajuga banyak. Di Jawa Tengah, danau maar terdapat di kaki
Gunungapi Muria, seperti di Maar Bambang, Maar Gembong,
dan Maar Gunungrowo. Danau maar juga dijumpai di kaki
Gunungapi Ciremai, Jawa Barat, seperti di Situ Patok dan Situ Sangiang. Di luar Pulau Jawa, di kaki Gunungapi Gamalama, Ternate, juga dijumpai danau maar, seperti Danau Tolire Besar dan Danau Tolire Kecil.
Item Type: | Book Section |
---|---|
Subjects: | Pendidikan > Kebudayaan > Arkeologi |
Divisions: | Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan > Pusat Penelitian Arkeologi Nasional > BALAR Daerah Istimewa Yogyakarta |
Depositing User: | Balai Arkeologi DIY |
Date Deposited: | 07 Dec 2017 02:15 |
Last Modified: | 07 Dec 2017 02:15 |
URI: | http://repositori.kemdikbud.go.id/id/eprint/4300 |
Actions (login required)
View Item |