Lubis, Mukti (1985) Kalender peramalan Batak. Proyek Pengembangan Permuseuman Sumatera torat Jenderal Kebudayaan, Medan.

[img]
Preview
Text
KALENDER PERAMALAN BATAK.pdf - Published Version
Copyright All Rights Reserved

Download (32MB) | Preview

Abstract

Parhalaan mempunyai fungsi untuk menentukan hari baik dan buruk pada setiap kegiatan hidup masyarakat Batak. Masyarakat Batak yang menganut kepercayaan animisme tidak dapat dipisahkan dari Parhalaan, karena setiap segi kehidupannya terikat dengan hari baik dan buruk pada Parhalaan.
Orang yang ahli dalam Parhalaan, ramuan obat-obatan, ritus dan megis disebut dukun. Dukun tidak dapat dipisahkan dari Parhalaan, untuk mengetahui hari baik dan buruk masyarakat Batak harus memanggil dukun. Dukun hadir dalam setiap kegiatan/pekerjaan yang diadakan masyarakat Batak, sehingga dia adalah orang penting dalam masyarakat Batak.
Masyarakat Batak pada zaman dulu tidak akan melaksanakan suatu pekerjaan dengan tidak melihat hari baik dan buruk pada Parhalaan, takut dengan hari yang tidak beruntung (sial), sehingga terkena penyakit atau jatuh korban, kehilangan ternak dan lain-lainnya. Untuk menghindarkan hal ini mereka sangat patuh dengan petunjuk-petunjuk yang diramalkan dukun dengan melihat Parhalaan.
Pada masa dahulu Parhalaan mempunyai arti penting sekali bagi jalan kehidupan masyarakat Batak. Hal ini dapat kita lihat mulai dari upacara perkawinan, kelahiran, kematian, membuat perkampungan baru, turun ke sawah dan sebagainya. Selalu harus melihat parhalaan yang kesemuanya itu harus lebih dahulu diramalkan agar pelaksanaannya berjalan dengan baik. Jika hal ini tidak dilaksanakan menurut kepercayaan mereka, mungkin apa-apa yang akan dilaksanakan tidak akan tercapai dan lebih dari itu mungkin bisa juga mendatangkan bala atau pun kecelakaan.
Pada masa sekarang pengaruh kepercayaan terhadap Parhalaan ini sudah sangat berkurang hampir disemua bidang kehidupan. Hal ini disebabkan beberapa faktor yang tidak dapat dihindarkan antara lain :
1. Masuknya agama-agama Islam, Kristen ke Tanah Batak.
2. Masuknya teknologi maju yang lebih praktis dan realistis.
3. Berkembangnya pendidikan sehingga masyarakat berpikir lebih rasional.
4. Berkurangnya orang-orang yang berminat mempelajari buku Parhalaan, karena untuk itu harus belajar lagi tulisan-tulisan Batak Tradisional yang guru-gurunyapun sudah langka pula.
5. Orang-orang yang mengetahui dan bisa menafsirkan buku Parhalaan sudah hampir habis dan kalaupun ada sudah banyak yang pikun, sehingga masyarakat kurang percaya dengan apa yang diucapkannya.
6. Sudah langkanya buku-buku Parhalaan karena tidak ada yang
diproduksi lagi.

Item Type: Book
Subjects: Pendidikan > Kebudayaan > Kepercayaan
Pendidikan > Kebudayaan > Masyarakat Adat
Divisions: Direktorat Jenderal Kebudayaan
Depositing User: Sekretariat Ditjen Kebudayaan
Date Deposited: 25 Jan 2024 04:22
Last Modified: 25 Jan 2024 04:22
URI: http://repositori.kemdikbud.go.id/id/eprint/29793

Actions (login required)

View Item View Item
Slot Toto ladangtoto garudaslot santuy4d garuda slot