Nawawi, Ramli and Tadjri, Imam and Roeslan, Tamny (1993) Dampak sosial budaya akibat menyempitnya lahan pertanian kelurahan Pelambuan Propinsi Kalimantan Selatan. Bagian Proyek Penelitian, Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya Kalimantan Tengah, Banjarmasin.
|
Text (Buku ini berisi penjelasan tentang dampak sosial budaya akibat menyempitnya lahan pertanian)
DAMPAK SOSIAL BUDAYA AKIBAT MENYEMPITNYA LAHAN PERTANIAN KELURAHAN PELABUHAN.pdf - Published Version Copyright All Rights Reserved Download (40MB) | Preview |
Abstract
1. Terjadinya penyempitan lahan pertanian karena tuntutan pembangunan dan perkembangan suatu lingkungan, tidak menurunkan semangat warga tani di lingkungan bersangkutan untuk tetap mengusahakan sisa lahan pertanian mereka yang masih ada. Karena memang kondisi pertanian di lingkungan ini, di mana petaninya umumnya tidak semata-mata hidup dari hasil pertanian, sementara kebiasaan petani di sini mengerjakan pertanian mereka hanya oleh anggota keluarga saja, mereka tetap berharap sisa lahan ini dapat tetap memberikan hasilnya.
2. Terjadilah penyempitan lahan ditambah adanya gangguan pencemaran yang menyebabkan merosotnya hasil yang diperoleh, maka usaha untuk memanfaatkan lahan sisa ini ditempuhlah sistem tanaman kombinasi atau dilakukan penanaman apa saja yang dapat menghasilkan. Dalam hal ini petani di Pelambuan memilih jenis tanaman sayur atau jenis yang dapat memenuhi keperluan rumah tangga sehari-hari.
3. Pengalihgunaan sisa lahan akibat penyempitan, terjadi meliputi berbagai keperluan dan kemungkinan yang dapat dilakukan. Ada yang melakukan pemetakan lahan untuk perumahan dan dijual dengan sistem kredit atau kontan, ada yang dibangun untuk sarana-sarana ekonomi seperti toko, kios dan warung-warung minuman. Kolam ikan untuk memelihara ikan telah dicoba pula oleh beberapa petani. Peternakan yang sudah banyak dilakukan secara sambilan kemudian dikembangkan. Bahkan beberapa jenis produksi sebagian besar tumbuh dan berkembang akibat menyempitnya lahan.
4. Mobilitas fisik warga tani terjadi pula akibat penyempitan lahan ini. Sebagian petani yang hendak mempertahankan jenis usaha mereka sebagai petani, berusaha membeli lahan pertanian baru dengan uang basil penjualan lahan di Pelambuan dan selanjutnya tinggal menetap di tempat yang baru tersebut, atau ada juga yang bekerja di lokasi baru tetapi masih tinggal di Kelurahan ini. Sebagian warga desa/kelurahan berurbanisasi mencari kerja ke kota atau menciptakan lapangan kerja baru di kota. Karena jarak kelurahan ini tidak terlalu jauh dari pusat kota, maka
pencari kerja di kota ini umumnya pulang pergi seliap hari.
5. Masalah yang berkaitan dengan perubahan struktur rumah tangga, timbul dari penyempitan lahan yang mengakibatkan menurunnya pendapatan atau berkurangnya volume dan jenis pekerjaan bidang pertanian. Keadaan ini terpaksa mengubah pembagian kerja dalam keluarga petani.
6. Menyempitnya lahan pertanian, bahkan dibengkalaikannya sisa lahan penyempitan, menimbulkan situasi di mana banyak orang mencari kerja. Banyak muncul usaha-usaha. sambilan seperti memburuh, berdagang barang kelontongan, berjualan sayur, mengojek, membecak, menjadi tukang dan lain sebagainya.
7. Penyempitan lahan pertanian tidak melunturkan kebiasaan gotong royong yang sudah berakar kuat di masyarakat. Sementara masalah persaingan nampak dalam usaha mendapatkan pekerjaan seperti melamar menjadi buruh pabrik atau Saw Mill, juga mulai timbul persaingan dalam perdagangan, yakni berusaha menurunkan harga untuk memikat pembeli.
Item Type: | Book |
---|---|
Subjects: | Pendidikan > Kebudayaan > Kearifan lokal Pendidikan > Kebudayaan > Masyarakat Adat Pendidikan > Kebudayaan > Penelitian kebudayaan |
Divisions: | Direktorat Jenderal Kebudayaan |
Depositing User: | Sekretariat Ditjen Kebudayaan |
Date Deposited: | 05 Feb 2024 02:36 |
Last Modified: | 05 Feb 2024 02:36 |
URI: | http://repositori.kemdikbud.go.id/id/eprint/29687 |
Actions (login required)
View Item |