Nastiti, Titi Surti (2020) Kisah Airlangga : rumah peradaban Lamongan. Seri Rumah Peradaban . Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. ISBN 9789798041778
Text
Pengayaan_Lamongan_2020.pdf - Published Version Copyright All Rights Reserved Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial. Download (42MB) |
Abstract
Dari data historis diketahui bahwa Airlangga menjadi raja bukan karena ia adalah anak raja yang berkuasa. Ia adalah keponakan sekaligus menantu Raja Dharmawangśa Teguh, raja Matarām Kuna yang gugur karena serangan musuh. Ia pun hanya separuh Jawa, ibunya, Mahendradatta, adalah adik Dharmawangśa Teguh, namun ayahnya adalah Udayana, Raja Bali. Dengan diterimanya Airlangga menjadi raja, memperlihatkan bahwa masyarakat pada masa itu telah terbuka dan menerima adanya pluralisme. Pluralisme ini merupakan identitas lokal masyarakat Lamongan yang sudah ada sejak masa Airlangga dan mungkin sebelumnya, yang dibina terus sampai kini. Airlangga menjadi raja karena permintaan rakyat melalui para pendeta. Kedekatan Airlangga dengan para agamawan telah dibina semenjak ia masih dalam pelarian. Hal ini mencerminkan adanya demokrasi dimana suara rakyat didengar dan kaum agamawan bisa menjadi jembatan antara rakyat dengan pemerintah. Demokrasi ini juga terlihat dari isi prasasti yang dikeluarkan Airlangga selalu menuliskan semua nama penduduk desa yang hadir dalam upacara penetapan daerah perdikan.
Item Type: | Book |
---|---|
Subjects: | Pendidikan > Bahasa dan Kesusatraan > Literasi Pendidikan > Kebudayaan Pendidikan > Kebudayaan > Sejarah Indonesia |
Divisions: | Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan > Pusat Penelitian Arkeologi Nasional |
Depositing User: | Iin Astuti |
Date Deposited: | 08 Mar 2021 06:18 |
Last Modified: | 08 Mar 2021 06:18 |
URI: | http://repositori.kemdikbud.go.id/id/eprint/21207 |
Actions (login required)
View Item |