-, Vita and Indrajaya, Agustijanto and Taim, Eka Asih Putrina and Pryambodo, Dino Gunawan (2016) KALPATARU Majalah Arkeologi vol 25 nomor 1. KALPATARU Majalah Arkeologi, 25 (1). 01-74. ISSN 0126-3099

[img]
Preview
Text (Adaptasi Masyarakat Pra-Sriwijaya di Lahan Basah Situs Air Sugihan, Sumatera Selatan,Dermaga Kuna di Situs Kota Kapur dan Analisis Pertanggalan Absolut, Keramik Muatan Kapal Karam Cirebon: Sebaran di Situs-Situs Arkeologi Sumatera Bagian Selatan,Aplika)
kalpataru 25 (1).pdf - Published Version

Download (15MB) | Preview

Abstract

Vita
Adaptasi Masyarakat Pra-Sriwijaya di Lahan Basah Situs Air Sugihan, Sumatera Selatan
Vol. 25 No.1, Mei 2016, hlm. 1-14
Situs Air Sugihan merupakan salah satu pusat hunian awal sejarah di Pantai Timur Sumatera Selatan di masa lampau. Secara umum, keadaan lingkungan Situs Air Sugihan merupakan daerah yang didominasi oleh dataran rawa gambut yang terdiri dari vegetasi rawa dan vegetasi sawah. Dengan lingkungan rawa tersebut bagaimana manusia dapat beradaptasi dan melangsungkan kehidupannya sesuai dengan karakterisitik lingkungan yang ada. Untuk mengetahui hal tersebut maka dilakukan survei dan pangamatan lingkungan terhadap pemukiman di wilayah Situs Air Sugihan yang bertujuan untuk mengetahui proses adaptasi masyarakat setempat dengan lingkungannya. Dari survei tersebut diketahui bahwa masyarakat mengubah lingkungan rawa gambut untuk memenuhi kebutuhannya, baik untuk bermukim maupun untuk kebutuhan sehari-hari, dengan kearifan mereka, mereka memanfaatkan tumbuhan nibung (Oncosperma tigillarium) jelutung (Dyera pollyphylla), bako (Rihzophoraceae), yang ada disekitarnya untuk membuat peralatan dan bangunan tempat mereka tinggal berupa rumah-rumah panggung guna melindungi diri mereka dari banjir, maupun dari binatang buas serta membuka lahan untuk sawah. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan sumber daya alam yang ada, masyarakat dengan kearifan mereka telah mengelola lingkungan sesuai dengan kebutuhannya.

Agustijanto Indradjaja dan Darwin A.Siregar
Situs Kota Kapur: Dermaga Kuna dan Analisis Pertanggalan Absolut
Vol. 25 No. 1, Mei 2016, hlm. 15-28
Penelitian arkeologi di Situs Kota Kapur memang tidak seintensif penelitian tentang Sriwijaya di Palembang, namun situs Kota Kapur tidak bisa dipisahkan dari Kerajaan Sriwijaya. Penelitian kali ini mencoba melihat aspek dermaga kuna sebagai bagian dari tapak permukiman di situs Kota Kapur. Penelitian ini difokuskan pada data sisa tiang dermaga dan upaya mencari pertanggalan absolutnya. Oleh karena itu, metode analisis deskriptif dan analisis carbon dating (C-14) digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertanggalan mutlak sisa dermaga memiliki kesesuaian dengan sejumlah data arkeologi lainnya yang diperoleh dari penelitian sebelumnya. Hal ini menegaskan bahwa dermaga tersebut merupakan bagian dari unit permukiman Kota Kapur pada sekitar abad ke-6 atau 7 M.

Eka Asih Putrina Taim
Keramik Muatan Kapal Karam Cirebon: Sebaran di Situs-Situs Arkeologi Sumatera Bagian Selatan
Vol. 25 No. 1, Mei 2016, hlm. 29-43
Kapal karam di perairan pantai Cirebon merupakan kapal karam yang ditemukan pada tahun 2003, kemudian muatan nya berhasil diselamatkan (diangkat) pada tahun 2005 hingga 2007. Meski berbagai jenis temuan dalam muatan kapal karam tersebut, keramik asing dari akhir abad ke-9-10 merupakan temuan salah satu terbanyak atau terpadat. Begitu banyak dan menonjolnya bentuk dan jumlah temuan keramik, bila melihat dari arah dan lokasi kapal tersebut karam menunjukkan kapal ini berasal dari sebuah tempat di wilayah barat dan kemungkinan besar adalah wilayah Sumatera Bagian Selatan. Tulisan ini akan berusaha memaparkan sebaran temuan sejenis (keramik) yang terdapat pada situs-situs di wilayah Sumatera Bagian Selatan, dan hubungannya dengan aktivitas pelayaran kapal yang kemudian karam dalam perjalanannya di perairan lepas pantai Cirebon, melalui pemerian dan pemetaan sebaran serta melakukan data tertulis dan data penelitian-penelitian yang telah dilakukan dalam permasalahan yang terkait dengan menggunakan metode analisis kualitatif dan komparatif. Hasil dari analisis ini dapat disimpulkan mengenai sebaran situs-situs di wilayah Sumatera Bagian Selatan memiliki peran yang cukup penting pada pelayaran dan perdagangan masa lalu, baik sebagai pelabuhan tujuan maupun pelabuhan singgah untuk para pelaut Nusantara memuat komoditi dagang sebelum di distribusikan ke wilayah lain.

Dino Gunawan Pryambodo dan Reiner Arief Troa
Aplikasi Metode Geolistrik untuk Identifikasi Situs Arkeologi di Pulau Laut, Natuna
Vol. 25 No. 1, Mei 2016, hlm. 45-52
Pulau Laut merupakan salah satu pulau terdepan wilayah NKRI, merupakan jalur pelayaran internasional selama beradab-abad yang lampau. Terdapatnya situs-situs arkeologi kapal tengelam merupakan buktinya. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan sebaran situs arkeologi dan kedalamnnya berdasarkan metode geolistrik konfigurasi Wenner 2D yang menggunakan resistivitymeter multichannel S Field dengan tiga lintasan pengukuran. Proses pengolahan, analisis serta interpretasi data dilakukan dengan software Res2Dinv. Hasil proses, analisis dan interpretasi data, diperoleh pada lintasan satu dengan arah bentangan kabel barat daya – Timur laut,
930.1
Agni Sesaria Mochtar
In-Situ Preservation As a Strategy In Managing Underwater Cultural Heritage in Indonesia
Vol. 25 No. 1, May 2016, pp. 53-64
Indonesia is a renowned country of its richness of underwater archaeological heritage. Abundant maritime cultural activities had provided data to reconstruct the ancient maritime glory. In the matter of fact, the efforts to reconstruct the history are still facing many challenges especially in the lack of main point of view in managing the heritage. Considering that the Indonesian underwater archaeological heritage is of international significance, this paper discusses the opportunity to implement in-situ preservation in managing underwater archaeological heritage in Indonesia, as it is recommended by the 2001 UNESCO Convention. Some issues in the management of underwater cultural heritage, including activities undertaken and related regulation, were discussed through a descriptive approach. This paper then shows that although Indonesia might not ratify the 2001 UNESCO Convention in the near future, in-situ preservation is an ideal strategy to manage the underwater cultural heritage and is applicable in Indonesia, subject to some adjustment of current regulations.

Roby Ardiwidjaja
Maritime Culture Heritage Preservation: The Attraction of Traditional Boat as Traditional Cruise
Vol. 25 No. 1, May 2016, pp. 65-74
Indonesia, where 75% of its territory is covered by the sea, held a significant role both in local and international commerce in the past. Various historical evidences, shipwrecks, as well as the influence and the similarity of maritime culture with other countries reveal that Indonesian people held major role in global maritime culture at the time. However, the maritime culture and life nowadays slowly recedes due to economical factors, limited raw materials, and lack of technology. This paper aims to provide solutions for the problems through the alteration of traditional wooden boat into traditional cruise. The approach used in this research is sustainable development approach through the concept of marine

Item Type: Article
Subjects: Pendidikan > Kebijakan Umum Kemendikbud > Penelitian dan Pengembangan
Depositing User: Mrs Murnia Dewi
Date Deposited: 05 May 2017 23:37
Last Modified: 05 May 2017 23:37
URI: http://repositori.kemdikbud.go.id/id/eprint/1521

Actions (login required)

View Item View Item
Slot Toto ladangtoto garudaslot santuy4d garuda slot