Nurani, lndah Asikin and Inagurasi, Libra Hari and -, Amelia and -, Jatmiko and Abdillah, Dariusman and Triwurjani, R.r. and -, Jatmiko (2006) KALPATARU Majalah arkeologi vol 18. KALPATARU Majalah Arkeologi, 18 (-). 01-84. ISSN 0126-3099
|
Text (penelitian arkeologi ini antara lain membahas tentang beberapa aspek penelitian arkeologi prasejarah seperti di Gua-Gua Hw1ian Kawasan Ja\',,a Timur yang ditulis oleh Indah Asikin Nurani, Manusia "Homofloresiensis" di Flores yang sampai saat ini masih ser)
kalpataru 18.PDF - Published Version Download (81MB) | Preview |
Abstract
POLA ZONAL GUA-GUA HUNIAN
KAW ASAN JAW A TIMUR
lndah Asikin Nurani
Balai Arkeologi Yogyakarta
Pennukiman gua yang berkembang pada kala Holosen di Jawa Timur tersebar pada beberapa kelompok gua antara lain di Gunung Watangan, Sampung, Bojonegoro, dan Situbondo. Masing-masing kclompok gua memiliki karalcter sendiri-sendiri baik dari pola komunitasnya maupun pengembangan tcknologinya. Makalah ini memberi gambaran tentang karalcter masing-masing kelompok gua dalam pola komunitasnya dan pola zonal yaitu hubungan antarkomunitas.
TATA LETAK DAN TIPOLOGI BANGUNAN KUNA
PADA INOUSTRI GULA DI PANTAI UTARA JAWA TENGAH
Libra Bari Inagurasi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional
Gula yang terbuat dari cairan batang tebu, merupakan komoditi perdag,mgan penting, pada kurun waktu abad ke- 19- awal 20. Tanarnan tebu (Saccharum ojjicinarum) sebenamya sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak zaman kuna. Ketika pemerintahan Hindia Belanda tebu banyak mendapat perhatian. Hal itu disebabkan tebu merniliki nilai ekonomis yang tinggi, terutama sebagai bahan baku pembuatan gula. Gula menjadi komoditi perdagangan penting, yang man1pu memberikan keuntungan besar bagi Belanda. Dikarenakan gula menjadi komoditi perdagangan penting, Belanda mendirikan pabrik-pabrik gula. Salah satu pusat persebaran industri gula di Jawa Tengah ialah daerah pantai utara seperti: Kendal, Pekalongan, dan Pemalang. Disana tinggalan pabrik gula kuna berasal dari masa kolonial Belanda cukup banyak, di antaranya: pabrik gula Cepiring, Gemuh, Puguh, Kaliwungu, Sragi, Comal, dan Sumberharjo. Industri gula di Indonesia dapat dikategorikan industri tertua yang dikenalkan oleh Belanda beratus-ratus tahun yang lalu. Industri gula masa lampau tem1asuk salah satu kajian arkeologi. Seperti diketahui lingkung,m di sekitar industri gula, terdapat pemukima.n yang dihuni oleh para pegawai pabrik. Tinggalan arkeologi dari industri gula masa larnpau yang masih dapat diarnati ialah tinggalan arsitektural, berupa bangumm-bangunan kuna yang memiliki ciri-ciri atau tipe-tipe khas bangunan gaya kolonial. Tulisan ini mencoba mengungkap segi keletakan dan tipologi atau bentuk da.ri bangunan-bangunan kuna yang menjadi bagian da.ri industri gula.
MANUSIA KERDIL 'HOMO FLORESJENSJS' LIANG BUA PEMBURU STEGODON ?
Jatmiko
Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeo/ogi Nasional
ABSTRAK. Situs Liang Bua adalah nama sebuah gua karst yang terdapat pada salal1 satu dinding perbukitan gamping di Flores yang secara administratif terletak di Desa Teras, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Situs ini merupakan sebuah gua hunian (okupasi) manusia prasejarah yang mempunyai 'sequence' sangat panjang dan berlangsung sejak Kala Plestosen sampai Holosen. Dari basil penelitian yang dilakukan sejak tahun 1978 - 1989 oleh Puslit Arkenas dan kemudian dilanjutkan lagi melalui kerjasama penelitian dengan University of New England (Australia) pada tahun 2001-2004, telah ditemukan sejumlah bukti tinggalan budaya, sisa-sisa fauna dan manusia yang mempunyai ciri-ciri atau karakteristik prasejarah; yaitu mulai dari tingkat budaya paleolitik - preneo/itik - neo/itik - paleometalik (masa logam awal). Salah satu bukti temuan menarik yang dihasilkan dalam ekskavasi tahun 2001 - 2004 di situs ini adalal1 didapatkannya beberapa jenis temuan fauna endemik dan fragmen tulang manusia 'Homo jloresiensis' yang tidak ditemukan dalam penelitian sebelumnya. Salah satu jenis fauna endemik yang ditemukan sangat melimpah di situs ini adalah fragmen tulang-tulang stegodo" kerdil yang ditemukan dalam konteks/asosiasi dengan beberapa artefak batu, bekas-bekas jejak perapian dan sisa-sisa tulang manusia kerdil Homo jloresiensis. Dari basil analisis pertanggalan diperoleh petunjuk bahwa manusia Homo jloresiensis di situs ini telah berlangsung sejak 38.000 - 18.000 tahun lalu. Tulisan ini merupakan sebuah informasi awal tentang hasil-hasil penelitian yang diperoleh di Situs Liang Bua dalam dekade lima tahun belalqmgan ini. Pengamatan difokuskan pada konteks tinggalan fauna endemik (khususnya Stegodon) dalan1 kaitatmya dengan temuan manusia Homo jloresiensis serta tinggalan-tinggalan budayanya.
TRADISI BERBURU 'RORILAKO' DI SOA, KABUPATEN NGADA, FLORES TENGAH
Jatmiko* & Asri Moi**
Di berbagai wilayah di Indonesia Timur (terutama di Flores) banyak terdapat trndisi dan adatÂistiadat lama yang masih berlanjut dan bertahan sampai sekarang. Pada umumnya tradisi tersebut berupa upacara-upacara ritual yang berkaitan dengan pemujaan leluhur serta pendirian bangumm-bangunan mcgalitik yang disebut 'Compang' ( di Flores Barat) atau 'Ture' (di Flores Tengah). Namun di daernh Kecamatan Soa dan Boawae yang secara administratif terletak di Kabupaten Ngada (Flores Tengah) mempunyai daya tarik tersendiri dalam ha! tinggalan budaya, adat-istiadat dan tradisinya yang masih bcrtahan sampai sekarang. Salah satu bentuk tradisi budaya menarik yang masih bertahan dan dilakukan sccara turun-temurun di wilayah ini adalah tradisi berburu yang disebut 'Rori/aka'. Tradisi berburu secara tradisional yang dilakukan setiap talmn sekali menjelang musim hujan (antara bulan September - Oktober) ini dimaksudkan untuk mengusir atau memerangi han1a dan menyambut musim tanam dengan jalan membakar hutan/padang. Kegiatan tradisi berburu ini dilakukan secara 'sakral' melalui berbagai tahapan upacara religius yang diselenggarakan oleh setiap suku di wilayah Soa dan Boawae. Tulisan ringkas dari tinjawrn etnogra.fis ini merupakan sebuah informasi awal yang menceritakan tentang proses kegiatan upacara tradisi berburu di Soa, yaitu mulai dari tahap persiapan/awal sampai akhir. Data tentang tradisi bcrburu ini sebagian besar diperoleh dari hasil wawancara dengan para ketua adat dan tokoh masyarakat di Soa.
Item Type: | Article |
---|---|
Subjects: | Pendidikan > Kebijakan Umum Kemendikbud > Penelitian dan Pengembangan |
Divisions: | Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan > Pusat Penelitian Arkeologi Nasional |
Depositing User: | Mrs Murnia Dewi |
Date Deposited: | 27 Apr 2017 03:03 |
Last Modified: | 27 Apr 2017 03:03 |
URI: | http://repositori.kemdikbud.go.id/id/eprint/1324 |
Actions (login required)
View Item |