Utomo, bambang Budi and Ririmasse, Marlon NR and Handoko, Wuri and Wibisono, Sonny C and Nastiti, Surti Nastiti (2013) AMERTA 31 nomor 1. AMERTA, 31 (1). 01-79. ISSN 0215-1324
|
Text (i mengangkat tentang pengaruh dinasti Sailendra di Sumatra dan Semenanjung Melayu, gambaran terkini sebaran representasi monumen perahu batu di wilayah Kepulauan Tanimbar serta aspek-aspek yang melatarbelakangi berkembangnya model budaya khas dimaksud di)
amerta31(1).pdf - Published Version Download (14MB) | Preview |
Abstract
ARCA-ARCA BERLANGGAM ŚAILENDRA DI LUAR TANAH JAWA*
Bambang Budi Utomo
Pusat Arkeologi Nasional, Jl. Condet Pejaten No. 4, Jakarta Selatan 12510
Dalam satu periode yang berlangsung sekitar satu abad lamanya (abad ke-8-9 Masehi), satu dinasti yang dikenal dengan nama Śailendra berkuasa di Jawa. Pengaruh dalam bidang politik, seni, dan ajaran (Buddha) cukup luas. Berdasarkan data arkeologi yang sampai kepada kita, bukti-bukti pengaruh dinasti ini ditemukan sampai di Sumatra, Semenanjung Tanah Melayu, dan Thailand Selatan. Sumber-sumber prasasti mengindikasikan bahwa dinasti ini telah menjalin kerjasama di bidang politik dan agama dengan kerajaan di Sumatra, Semenanjung Tanah Melayu, dan India Utara (Nālanda). Implikasi dari kerjasama tersebut tercermin dalam langgam arca-arca yang ditemukan. Makalah ini menguraikan tentang langgam arca-arca yang ditemukan di luar tempat asalnya dengan sampel arca-arca dari Sumatra dan Semenanjung Tanah Melayu. Sebagai data bantu untuk interpretasi adalah prasasti-prasasti dan ornamen dalam sebuah bangunan.
MATERIALISASI IDENTITAS:
MONUMEN-MONUMEN PERAHU BATU DI
KEPULAUAN TANIMBAR
Marlon NR Ririmasse
Tema perahu merupakan salah satu elemen simbolik yang digunakan secara luas di pulau-pulau yang membentang antara Timor dan Papua. Masyarakat di kawasan ini memang menyematkan segenap nilai filosofis perahu pada berbagai produk budaya mereka mulai dari aristektur hingga patung dan objek pemujaan leluhur. Salah satu representasi yang paling terkenal adalah keberadaan monumen perahu batu di Sangliat Dol, Tanimbar. Studi arkeologis terkini di Kepulauan Tanimbar menemukan bahwa model monumen untuk tema perahu sebagai simbol ini juga ternyata digunakan pada cakupan yang lebih luas di wilayah ini. Eksistensi situs-situs serupa di beberapa bagian lain kepulauan ini merupakan cermin atas kondisi tersebut. Tulisan ini mencoba mendiskusikan gambaran terkini sebaran representasi monumen perahu batu di wilayah Kepulauan Tanimbar serta aspek-aspek yang melatarbelakangi berkembangnya model budaya khas dimaksud di kawasan ini. Hasil penelitian menemukan bahwa hakekat monumen perahu batu ini merupakan wujud materialisasi identitas kelompok-kelompok masyarakat tradisional di Kepulauan Tanimbar.
KARAKTERISTIK ARSITEKTUR MASJID KUNO
DAN PERKEMBANGAN ISLAM DI MALUKU
Wuri Handoko
Masjid adalah produk rancang bangun, yang menandai bagaimana Islam bekembang di suatu wilayah. Hal ini karena masjid adalah penanda atau bukti utama keberadaan Islam di lingkungan masyarakat. Dari bentuk arsitektur masjid juga dapat memberikan gambaran, darimana pengaruh Islam berasal. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan data utama berupa deskripsi arsitektur masjid untuk melihat perkembangan Islam di wilayah Maluku.Selain itu juga melihat karakteristik masjid kuno di Maluku, yang dapat memperlihatkan ciri spesifik masjid kuno di Maluku, sekaligus kemungkinan makna simbolik dari karakteristik masjid itu sendiri.
IRIGASI TIRTAYASA :
TEKNIK PENGELOLAAN AIR KESULTANAN BANTEN
PADA ABAD KE-17 M
Sonny C. Wibisono
Abstrak: Tulisan ini menyajikan hasil penelitian arkeologi yang mengungkap sisi agraris dari Kesultanan Banten, berdasarkan peninggalan irigasi dari abad ke 17. Tercatat dalam sejarah bahwa sebuah rekayasa dilakukan untuk membangun tata air dalam skala besar untuk pertanian intensif di pesisir Banten. Pembangunan itu diprakarsai Sultan Ageng yang bergelar Tirtayasa. Melalui pendekatan excavasi bukti-bukti jejak hidro-arkeologi ditemukan kembali, tersebar di antara Sungai Ciujung, Sungai Cidurian dan Sungai Cipasilihan. Ragam peninggalan antara lain berupa bekas kanal-kanal, tanggul buatan, jembatan, pintu air, dan bangunan pengontrol air. Pendekatan adaptasi manusia dan lingkungan digunakan untuk menjelaskan kemampuan teknik membangun tata air, yang merupakan tindakan dan konsekuensi dari upaya mengatasi problem situasi lingkungan setempat, dan menyatukannya dalam sebuah sistem besar. Rekayasa teknologi hidrolika ini, diselenggarakan untuk mendukung kebutuhan pangan. Bukti-bukti itu, menunjukan ketangguhan rekayasa pengelolaan tata air, pada masa itu.
PRASASTI KUSAMBYAN: IDENTIFIKASI LOKASI
MAḌAṆḌĚR DAN KUSAMBYAN
Titi Surti Nastiti
tsnastiti@yahoo.com
Prasasti Kusambyan dipahatkan pada batu andesit dengan aksara Kawi dan bahasa Jawa Kuna. Prasasti ini tidak utuh lagi karena bagian atasnya sudah pecah menjadi 9 bagian. Angka tahun prasasti sudah tidak ada, akan tetapi berdasarkan paleografi diketahui berasal dari masa Raja Dharmmawangśa Airlangga Anantawikramotunggadewa (1019-1042 M.). Prasasti ini menyebut dua lokasi penting, yaitu Keraton Maḍaṇḍĕr dan Desa Kusambyan yang dikukuhkan menjadi daerah perdikan. Kedua tempat tersebut masih mempunyai peranan penting pada masa pemerintahan raja Jayanagara yang bergelar Śrī Sundarapāṇḍyadewadhiśwara Mahārājābhiseka Wikramotunggadewa (1309-1328 M.). Sehubungan dengan itu, dalam makalah ini akan dicoba pengidentifikasian kedua tempat tersebut.
Item Type: | Article |
---|---|
Subjects: | Pendidikan > Kebijakan Umum Kemendikbud > Penelitian dan Pengembangan |
Divisions: | Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan > Pusat Penelitian Arkeologi Nasional |
Depositing User: | Mrs Murnia Dewi |
Date Deposited: | 21 Apr 2017 01:14 |
Last Modified: | 21 Apr 2017 01:14 |
URI: | http://repositori.kemdikbud.go.id/id/eprint/1292 |
Actions (login required)
View Item |