Handini, Retno and Fajari, Nia Marniati Etie and Wibowo, Unggul P and Sunliensyar, Hafiful Hadi and Putranto, Andi and Simanjutak, Truman and Sofian, Harry Octavianus and Prasetyo, Bagyo and Artaria, Myrtati Dyah and Geria, I Made and Maulana, Sandy (2018) AMERTA jurnal penelitian dan pengembangan arkeologi vol. 36 no. 2, Desember 2018. AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi, 36 (2). pp. 67-144. ISSN 0215-1324/2549-8908
Text
Amerta No 2 Full.pdf Download (7MB) |
Abstract
ITUS LAMBANAPU: DIASPORA AUSTRONESIA DI SUMBA TIMUR Retno Handini, Truman Simanjuntak, Harry Octavianus Sofian, Bagyo Prasetyo Myrtati Dyah Artaria, Unggul Prasetyo Wibowo, I Made Geria Penelitian di Situs Lambanapu bertujuan untuk mengetahui posisi Lambanapu dalam persebaran dan perkembangan leluhur Austronesia dan budayanya di Sumba. Metode yang dilakukan adalah survei, ekskavasi, analisis, dan interpretasi. Hasil penelitian berupa temuan rangka dan kubur tempayan serta artefak berupa gerabah, manik-manik, perhiasan logam, dan alat batu. Dari hasil pertanggalan diketahui bahwa setidaknya Situs Lambanapu telah dihuni 2.000 tahun yang lalu. Hasil analisis paleoantropologi diperkirakan individu yang ditemukan di Lambanapu, baik kubur primer maupun sekunder, merupakan percampuran antara Mongoloid dan Australomelanesoid. Percampuran genetika memang sangat memungkinkan terjadi mengingat sejarah hunian Nusantara yang terisi oleh beberapa gelombang migrasi besar pada masa lampau. Situs Lambanapu telah memberikan gambaran kehidupan leluhur Sumba dalam konteks Nusantara. Hasil penelitian memperlihatkan betapa Lambanapu dan Sumba pada umumnya memiliki kekayaan nilai sejarah dan budaya masa lampau yang sangat bermanfaat bagi kehidupan masa kini. Kekayaan nilai sejarah dan budayanya tidak hanya untuk kepentingan lokal, tetapi juga untuk mengisi kekayaan sejarah dan budaya Nusantara, bahkan kontribusi bagi sejarah global. Kata Kunci: Lambanapu, prasejarah, Austronesia
SEBARAN DAN KARAKTERISTIK SITUS ARKEOLOGI DI KALIMANTAN TENGAH Nia Marniati Etie Fajari
Provinsi Kalimantan Tengah memiliki bentangalam berupa pegunungan, wilayah pesisir, dan dataran di tepi sungai. Lingkungan tersebut menyediakan sumber daya alam yang melimpah sehingga menjadi kawasan budaya yang dihuni oleh manusia sejak masa prasejarah sampai dengan saat ini. Penelitian arkeologi di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah menemukan situs arkeologi yang tersebar pada tiap-tiap satuan lahan. Artikel ini mengangkat permasalahan mengenai bagaimana karakteristik situs arkeologi yang berada di Kalimantan Tengah berdasarkan kondisi geografisnya. Tulisan ini diawali dengan pengumpulan data berdasarkan Laporan Penelitian Arkeologi di Balai Arkeologi Kalimantan Selatan dari tahun 1993-2017 yang dilakukan di wilayah administrasi Provinsi Kalimantan Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik situs pada setiap lokasi geografis yang berbeda. Tulisan ini menggunakan metode dengan membuat klasifikasi situs berdasarkan lokasi geografis. Langkah selanjutnya adalah identifikasi situs berdasarkan parameter letak geografis dan kondisi lingkungan, karakteristik temuan, karakteristik budaya, dan kronologi waktu baik absolut ataupun relatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebaran situs arkeologi di wilayah Kalimantan Tengah cenderung berada di daerah aliran sungai, mulai dari hulu sampai ke pesisir. Keletakan geografi juga memberi pengaruh pada karakteristik situs yang ditemukan. Kata kunci: situs arkeologi, daerah aliran sungai, permukiman, Dayak, Kalimantan Tengah
GEOLOGICAL APPROACH IN ORDER TO DISTINGUISH THE PREFERENCE SOURCE OF THE RAW MATERIAL FROM THE MEGALITHIC TOMBS IN EAST SUMBA, INDONESIA
Unggul P. Wibowo, Retno Handini, Truman Simanjuntak, Harry Octavianus Sofian, Sandy Maulana
Pulau Sumba sudah lama dikenal dengan tradisi makam megalitiknya yang dijumpai tersebar hampir di semua area di Sumba. Makam megalitik ini dibangun dari potongan-potongan batuan berukuran besar. Berdasarkan aspek geologi, penelitian ini mencoba untuk mencari tahu asal batuan bahan pembuat makam megalitik dan apa yang menjadi alasan untuk memilih suatu batuan untuk bahan makam megalitik. Metode yang digunakan meliputi beberapa tahap. Tahap pertama merupakan pendeskripsian sampel di lapangan. Tahap kedua, analisis geologi digunakan untuk memetakan titik-titik observasi dan singkapan batuan di lapangan. Tahap ketiga, variabel hasil pengamatan kemudian dianalisa menggunakan metode Principle Components Analysis (PCA). Empat variabel digunakan dalam penelitian ini, yaitu: variabel jarak dari sumber, variabel litologi, variabel tekstur, dan variabel tingkat kekerasan. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa tekstur batuan merupakan pertimbangan utama dalam memilih jenis batuan untuk bahan makam megalitik. Jarak dan tingat kekerasan batuannya juga menjadi alasan penting lainnya dalam mengambil bahan material untuk makam megalitik terlepas apapun jenis batunya. Secara geologi bahan batuan berasal dari batugamping Formasi Kaliangga dan batupasir Formasi Kananggar. Kata kunci: Makam megalitik, Sumba Timur, Bahan baku, Geologi
ASOSIASI GUNDUKAN TANAH, SUNGAI, DAN MENHIR DI PUSAT WILAYAH ADAT TANAH SEKUDUNG, BARATLAUT LEMBAH KERINCI, DATARAN TINGGI JAMBI (KAJIAN FENOMENOLOGI)
Hafiful Hadi Sunliensyar
Artikel ini membahas asosiasi menhir dengan fitur lanskap (sungai dan gundukan tanah) di bagian barat laut Lembah Kerinci. Secara adat, wilayah ini disebut pula sebagai Tanah Sekudung, dengan pusatnya berada di tiga dusun, yaitu Dusun Siulak Gedang, Siulak Panjang, dan Siulak Mukai. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi yang dikemukakan oleh Tilley. Pendekatan fenomenologi menekankan pengalaman dan indra tubuh (bodily sensory) dari pengamat atau peneliti di lapangan. Pengalaman tersebut diperoleh dari pengumpulan data melalui metode observasi partisipan. Dalam hal ini, pengalaman dan interaksi antara peneliti dan menhir menjadi bagian yang akan dideskripsikan. Sebagai hasil penelitian, diketahui bahwa pendirian menhir di atas gundukan tanah dan distribusinya yang searah dengan arah aliran sungai utama terkait dengan legenda para leluhur, ruang kognitif, kosmologi, dan metafora yang dimiliki penduduk. Sebagai contoh, sungai yang dijadikan acuan dalam penentuan arah secara tradisional sekaligus dijadikan sebagai acuan perpindahan leluhur pada masa lalu. Oleh karena itu, menhir yang menjadi penanda lintasan migrasi leluhur membentuk arah distribusi yang sama dengan arah aliran sungai. Kata Kunci: Fenomenologi, lanskap, menhir, Kerinci
MODEL SPATIAL ANALYSIS UNTUK PENILAIAN BANGUNAN CAGAR BUDAYA DI KOTA GRESIK
Andi Putranto
Gresik merupakan salah satu kota lama di Pulau Jawa yang telah mengalami masa muncul dan berkembang dalam kurun waktu yang cukup lama. Di Gresik banyak dijumpai tinggalan arkeologis berupa bangunan tua, khususnya dari periode kolonial yang tersebar di beberapa kawasan di Kota Gresik. Penilaian cagar budaya, khususnya jenis bangunan, selama ini telah dilakukan terutama dalam rangka penyusunan rekomendasi untuk penetapan dan kepentingan terkait dengan pelestarian, tetapi belum banyak diketahui bagaimana mekanismenya. Oleh karena itu, di dalam penelitian ini diajukan model penilaian dengan menggunakan metode analisis kuantitatif berjenjang dengan faktor pembobot. Metode ini merupakan implementasi dari metode spatial analisis dalam kajian GIS (Geographic Information System). Dalam penelitian ini diajukan peringkat bangunan, yaitu kelas bangunan D = Kurang, kelas bangunan C = Cukup, kelas bangunan B = Baik, dan kelas bangunan A = Istimewa Kata kunci: Gresik, bangunan tua, spatial analysis, GIS, kuantitatif
Item Type: | Article |
---|---|
Subjects: | Pendidikan > Siswa Pendidikan > Kebudayaan > Arkeologi Pendidikan > Buku Sekolah |
Divisions: | Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan > Pusat Penelitian Arkeologi Nasional |
Depositing User: | Mrs Murnia Dewi |
Date Deposited: | 27 Apr 2019 11:56 |
Last Modified: | 27 Apr 2019 11:56 |
URI: | http://repositori.kemdikbud.go.id/id/eprint/12580 |
Actions (login required)
View Item |